Sabtu, 09 April 2016

Rambut Rontok



Semua orang pasti pernah mengalami rambut rontok. Merupakan suatu hal yang normal untuk kehilangan 100 helai rambut per harinya. Tetapi jika berlebihan, terkadang ada alasan medis yang menjadi penyebab kerontokan.
Kerontokan Rambut Akibat Perubahan Hormon
Pola kerontokan rambut pria dikenal dengan istilah medis ‘alopesia androgenetik’. Kerontokan ini terjadi karena akar rambut yang terlalu peka terhadap salah satu jenis hormon testosteron yaitu dihidrotestosteron (DHT). Tingginya DHT membuat helai rambut menjadi lebih tipis dan lebih cepat rontok dari akarnya. Kerontokan pada pria biasanya berpola seperti berikut:
  • Garis rambut yang bergeser naik.
  • Penipisan rambut di bagian ubun-ubun dan samping kepala.
Sedangkan pola kerontokan rambut wanita biasanya hanya menipis pada bagian atas kepala. Kerontokan pada wanita umumnya terkait dengan perubahan hormon seperti pada masa menopause, masa kehamilan dan penggunaan kontrasepsi hormonal.
Rambut rontok umumnya merupakan bagian dari reaksi alami tubuh karena penuaan sehingga tidak membahayakan kesehatan Anda. Oleh karena itu, gangguan ini jarang membutuhkan penanganan medis. Tetapi jika kerontokan mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, perlu beberapa penanganan medis.
Selain perubahan hormon, kerontokan rambut juga bisa terjadi akibat kondisi-kondisi tertentu. Di antaranya:
  • Pengaruh gizi. Asupan gizi yang buruk juga berpengaruh karena dapat menyebabkan helai rambut yang tumbuh menjadilebih tipis dan rapuh.
  • Rambut yang terlalu sering menjalani proses kimia di salon juga lebih rentan mengalami kerontokan. Sering mewarnai rambut dan meluruskannya secara permanen membuat batang rambut menjadi lebih rentan patah.
  • Alopesia areata. Jenis kerontokan ini menyebabkan pitak dan umumnya terjadi pada remaja dan kalangan dewasa muda. Tetapi sebagian besar rambut penderitanya akan kembali tumbuh setelah satu tahun.Beberapa hal yang diduga sebagai penyebabnya adalah faktor genetika dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
  • Efek samping obat-obatan. Kerontokan rambut juga bisa disebabkan oleh obat-obatan yang biasa digunakan untuk menangani artritis, depresi, gangguan jantung, serta tekanan darah tinggi.
  • Tekanan psikologis, misalnya stres. Pada jenis ini, penderita akan mengalami penipisan rambut di kepala tapi tidak selalu mengalami kebotakan. Kerontokan ini cenderung berkurang tanpa penanganan medis khusus.
  • Pengaruh penyakit kulit atau penyakit autoimun. Kebotakan jenis ini bersifat permanen karena rusaknya folikel rambut yang menjadi tempat tumbuhnya akar rambut.Beberapa jenis penyakit yang dapat menyebabkannya adalah lichen planus dan Lupus eritematosus diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE).
  • Pengaruh Kemoterapi. Kerontokan rambut ini akan berdampak menyeluruh, termasuk kulit kepala, wajah, dan tubuh. Tetapi sebagian besar tidak bersifat permanen dan rambut biasanya dapat tumbuh kembali setelah beberapa bulan berhenti menjalani kemoterapi.

Rambut rontok umumnya merupakan bagian dari reaksi alami tubuh karena penuaan sehingga tidak membahayakan kesehatan Anda. Oleh karena itu, gangguan ini jarang membutuhkan penanganan medis. Tetapi jika kerontokan mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, perlu beberapa penanganan medis.

Untuk Informasi Lebih lanjut silakan konsultasi dengan :
dr. Asri Rahmawati,SpKK
Klinik Kencana Asri Medika
Jl. A. Yani 150 Pekukuhan
Mojosari Mojokerto

082146523462

Chemical Peeling



Chemical Peeling

Chemical Peeling atau peeling kimia merupakan metode pengelupasan kulit dengan menggunakan cairan sebagai bahan dasar untuk mempercepat proses pengelupasan. Tindakan ini berguna mengangkat sel-sel kulit mati yang tidak bisa terangkat oleh perawatan sehari-hari, sehingga meningkatkan penyerapan produk perawatan kulit wajah dan kulit baru yang sehat dapat tumbuh dengan lebih baik. Peeling juga berguna dalam perawatan untuk acne, rosasea dan melasma. Selain untuk wajah, chemical peeling dapat diaplikasikan juga untuk kulit tubuh seperti punggung, lengan, paha, dsb.
Tingkatan prosesnya disesuaikan dengan permasalahan kulit pasien, dimana pada setiap tingkatan menggunakan cairan kimia yang berbeda pula.
Berikut ini macam-macam chemical peeling yang biasa dilakukan oleh dokter ahli :
  • Chemical Peeling Ringan
    Dokter menggunakan cairan peeling dengan konsentrasi ringan pada kondisi kulit yang terdapat kerut, kulit yang kering dan mempunyai bercak kehitaman serta jerawat. Cairan yang digunakan untuk chemical peeling ringan adalah cairan yang mirip dengan AHA (alpha hidroksi acid) seperti asam glikosilat, asam salisilat, asam laktat dan asam buah-buahan (fruit acid).
  • Chemical Peeling Sedang
    Biasa digunakan untuk mengurangi keriput dan masalah pigmentasi. Banyak dokter menggunakan TCA (TrichloroAcetic Acid) sebagai cairan peeling.
  • Chemical Peeling Dalam
    Digunakan untuk keriput yang sudah menyebar di wajah, flek yang disebabkan oleh penuaan atau paparan sinar matahari dan pertumbuhan pre-kanker. Peeling jenis ini mempunyai prosedur yang lebih dramatis, lebih lama prosesnya (1-2 jam) dan hasilnya juga lebih lama. Zat yang digunakan adalah Phenol Acid.
Efek samping yang sering timbul setelah melakukan chemical peeling antara lain rasa perih dan terbakar, serta kemerahan sementara pada kulit. Hal ini disebabkan karena terkelupasnya lapisan kulit yang paling luar untuk digantikan oleh kulit baru yang lebih segar dan sehat.



Untuk Informasi Lebih lanjut silakan konsultasi dengan :
dr. Asri Rahmawati,SpKK
Klinik Kencana Asri Medika
Jl. A. Yani 150 Pekukuhan
Mojosari Mojokerto

082146523462