Jangan Anggap Enteng
Keputihan
Oleh:
dr. ASRI RAHMAWATI, SpKK
Hampir setiap wanita pernah mengalami keputihan apalagi di Indonesia yang
tingkat kelembapan udaranya tinggi. Di kalangan medis, keputihan dikenal dengan istilah Leucorrhoe atau Fluor Albus. Cairan yang keluar dari vagina ini belum tentu
bersifat patologis atau abnormal. Dalam keadaan normal, vagina
memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna, dan
jumlahnya tak berlebihan.
Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi
gesekan dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual. Vagina mempunyai
sistem perlindungan alam yang ampuh, yaitu keasaman yang lebih tinggi dari
jaringan lainnya dan adanya mikroba pelindung yang menguntungkan tubuh kita,
yaitu Doderleins, yang hidup menjaga keseimbangan ekosistem vagina, sehingga
tetap dalam keadaan seimbang. Tapi tentu saja, keseimbangan ini dapat terganggu
oleh beberapa hal antara lain menstruasi, penyakit kencing manis serta
pemakaian obat-obat hormonal.
Keputihan yang bukan merupakan keadaan penyakit
(non-patologis) dapat saja terjadi pada setiap wanita. Biasanya cairan yang
keluar bening, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak gatal. Cairan keputihan
ini jumlahnya bisa sedikit atau cukup banyak, terjadi menjelang dan sehabis
menstruasi, pada saat terangsang secara seksual, atau ketika sedang stres.
Disamping itu keputihan dapat pula dialami pada wanita yang sedang hamil, namun
hal ini merupakan hal yang wajar selama tidak berlebihan.
Jika cairan yang keluar dari vagina sudah tidak
bening, berwarna putih kekuningan, keabuan sampai kehijauan, kental, berbau
seperti telur busuk atau anyir seperti ikan mentah, gatal dan jumlahnya lebih
banyak, besar kemungkinan keputihan tersebut sudah tidak normal. Keputihan yang
tidak normal biasanya terjadi karena infeksi jamur, parasit atau bakteri.
Gejala keputihan
· Keluarnya
cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran
vagina.
Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala
ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah
haid pada
wanita tertentu.
· Pada
penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya.
Biasanya
keputihan yang
normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya
tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher
rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau
alat kelamin luar.
Penyebab
keputihan
Keputihan bisa
karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina, kotoran dari lingkungan, air
tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan. Semua ini
potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit:
a.
Jamur Candidas atau Monilia
Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal
pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya,
kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan
tubuh menjadi pemicu.
b.
Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset.
Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan
bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina
nyeri bila ditekan.
c.
Bakteri Gardnella
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan
keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri lain juga
memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorrhoea.
d.
Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit
kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya
kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula
menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan.
Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina,
mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga
bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.
Pencegahan
Untuk mencegahnya, simak beberapa hal berikut:
a. Selalu jaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Bulu vagina
(pubis) yang terlampau tebal bisa dijadikan tempat sembunyi kuman. Jadi, jangan
lupa menggunting atau membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa
salep lebih mudah menyerap.
b. Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan
dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi.
c. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya. Jangan terlalu kelamaan agar
bakteri tidak
mengumpul.
d. Jika keputihan masih dalam taraf ringan, coba gunakan sabun atau larutan antiseptik khusus pembilas vagina,
tapi jangan gunakan berlebihan karena hanya akan mematikan flora normal vagina.
Jika perlu, konsultasikan dulu ke dokter.
e. Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, tisu harum,
atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
f. Hindari suasana vagina lembap berkepanjangan karena pemakaian celana dalam
yang basah, jarang diganti, tidak menyerap keringat, atau memakai celana jins
terlalu ketat.
g. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air yang
tidak bersih. Jadi, bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water torn, dan bibir
kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman.
Penanganan
Jika Anda sudah kena keputihan, lakukan hal berikut:
a. Konsultasikan ke dokter. Siapa tahu keputihan Anda masih bisa diobati dengan
salep atau obat-obatan yang mengandung antiseptik dan antibiotik. Dokter akan
memberi obat sesuai keluhan.
b. Jika keputihan masih terus terjadi, lakukan pemeriksaan laboratorium. Cairan
vagina akan diambil untuk diperiksa, apakah di dalamnya terdapat kuman penyakit
atau tidak. Bisa jadi hanya karena faktor hormonal atau kebersihan yang kurang
terjaga.
c. Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan. Dokter
akan mengadakan cek silang pada suami Anda. Siapa tahu kuman keputihan berasal
dari suami.
d. Jika belum sembuh juga, lakukan cek silang dengan obat. Siapa tahu Anda
ternyata resisten terhadap obat yang diberikan.
e. Untuk yang sudah berhubungan badan, lakukan pap smear. Apalagi jika
keputihan dibarengi sesuatu yang mencurigakan di mulut rahim dan dikhawatirkan
membawa virus kanker. Idealnya, pap smear dilakukan setahun sekali.
f. Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut rahim
dengan menggunakan alat pembesar yang diletakkan di luar bibir vagina. Sebagai
penunjang, lakukan pula tes urin dan tes darah.
Akibat Keputihan
Jika tak diobati sampai tuntas, tak mustahil infeksi pada vagina akan menjalar
ke berbagai tempat. Kuman dengan mudah menyusup dan menyebabkan infeksi
lanjutan pada rongga rahim dan saluran telur. Hal ini membuat cairan di kedua
tempat itu berlebih dan terjadi pelengketan dalam indung telur. Akibatnya, sperma sulit bertemu dengan sel
telur. Jika hal ini terjadi berlarut-larut, pasangan akan sulit memiliki
keturunan.
Selain penyakit, efek paling besar dari
keputihan adalah perasaan tak nyaman, termasuk saat melakukan aktivitas
seksual. Suami bisa jadi mengeluh karena terganggu cairan keputihan berlebih
dengan bau yang sangat tajam.
Jika hubungan intim terus dilakukan, suami
bisa tertular kuman keputihan atau yang disebut fenomena pingpong. Oleh sebab
itu, selama terapi keputihan, dianjurkan tidak melakukan hubungan seks sebelum
keputihan berkurang.
Untuk Informasi Lebih lanjut silakan
konsultasi dengan :
dr. Asri Rahmawati,SpKK
Klinik
Kencana Asri Medika
Jl. A. Yani
150 Pekukuhan
Mojosari Mojokerto
082146523462